Rabu, 01 Januari 2020

Cerpen : Akhir Desember

     Penghujung bulan bergegas pergi, berlari meninggalkan manusia penuh kisah. Aku lihat daftar list impian banyak yang tercoret karena terlaksana atas kehendak-Nya. Syukurlah. Tapi ada beberapa bagian nomor yang masih tampak bersih dari coretan. Tak apa, masih ada waktu besok jika di izinkan-Nya.

"Mbak, dah berapa tahun impian di nomor itu gak kelar-kelar?"

"Hahaha...Sudah ratusan purnama." (Ketawa sambil ngelus dada.)

"Sampe kapan sabarnya toh mbak?"

"Ehmm . . .sampai Dia berkehendak."sambil menghela nafas.

"Hahaha latihan sabar di luar itu makanya mbak, jadi gak perlu lagi menunggu dalam sabar." Ketusnya.

     Tengah larut malam datang, kristal kecil sering kali mampir keribaan. Memecah luapan yang bergemuruh dalam sunyi. Sejatinya mempesona jiwa yang hanyut dalam lara. Ada harapan di atas anugrah-Nya. Karena itulah kristal kecil menjadi teman yang ingin berlama-lama dalam cengkrama jiwa pada semesta.

      Kristal kecil sebagai bahasa kehidupan, mengurai peluh tercerai. Membawa kelegaan dalam tarikan nafas setelahnya. Menghimpun asa di masa depan. Temanilah lagi dia yang tertunduk di bawah luasnya langit. Mana kala seiring waktu fajar datang kemudian meniada, hilang dan menjadi kala. Tetap lah setia meskipun nanti telah berganti bahagia yang menyergap erat. Kristal kecil akan datang, dengan kehangatan. Aku yakin dia adalah kiriman Allah.

Tok...tok...
"Mbak, aku ambil cas hp ya." Izinnya dengan sigap.
"Monggo". Lirih ku.

"Belum tidur mbak?" Tanyanya heran

"Bentar lagi, masih ada yang mau di beresin."

"Waktu menunjukan jam 23.15 wib, besok pergi sekolah kan mbak?, besok aku antar ya."

"Baiklah...."

"Mbak, td habis revisi ulang daftar impian ya? Kenapa impian harus di catat sih mbak?

"Hehehe...supaya kita sadar ada banyak hal yang harus kita lakukan, kita usahakan, dan kita doakan. Karena waktu terus berjalan. Semoga kita bisa mengejar segala ketertiggalan."
***

Oleh: Fatimah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar