Jumat, 03 Januari 2020

Cerpen :Panggilan-Nya


“Mbak Aira, kemaren kan mbak bahas impian. nah gimana liburan semester ini kita belajar ke solo yok? itu salah satu impian Eri juga sejak lama” senyumnya merona

“Pare maksut kamu Ri?”

“Iya dong. . .” tangannya menjulurkan segelas greentea dingin kepada Aira.

“Makasih greentea-nya Ri, hehe. Always ngerti  ya kamu.” 

“Iyalah mbak....Seorang mbak Aira kalo sudah di depan laptop bersemedi di kamar, so pasti ada hal serius yang akan dia selesaikan. Hohoho” Sambil angkat alis senyum merekah.

“oh iya tentang Pare...Itu ide bagus. Dekat juga dengan Jogja. Kita bisa wisata qolbu di sana. Hehe...Mbak fokus dulu malam ini ya, nanti mbak pikirkan lagi segala yang akan kita persiapkan.” Menjinjing gelas berembun berisikan greentea ke dalam kamarnya.

“Eri tagih janji mbak ya. jangan lupa tahajud malam ini mbak. hehe” berlalu sambil kegirangan.

**

Aku ingat tapak tilas perjalanan siang itu. Di lapangan kampus rumputnya yang hijau, di bawah jejeran rindangnya ciptaan Allah yang membuat kami nyaman. Dita masih sibuk dengan laptopnya, Yuyun dengan konsumsi acara pagi ini, Ali dengan susunan acara perkenalan kampus bulan depan, Yaya dengan anggaran dana tahunan untuk program kerja tahun ini. Tapi pak ketua, Arkan namanya. Dia masih sibuk menelpon para undangan delegasi acara pelatihan pekan depan.

“Ta, masih revisi proposal acara pekan depan ya.?” Tanya Aira

“Masih mbak, siang ini Dita ke ruang bagian keuangan. Mbak bisa temenin Dita?” jawabnya kelu.

“boleh ta, mbak juga ajak mbak yaya boleh ya?.” Aira menawarkan opsi.

“boleh banget  mbak. Oh iya mbak malam ini Dita gak nginap di kos mbak lagi ya. Dita pulang aja ke cengkareng.” Jelasnya sambil menutup laptop dengan membereskan berkas di hadapannya.

“yakin kamu ta? Sore nanti kan ada rapat se-Provinsi untuk aksi peduli lusa nanti, nah pasti kamu kesorean  pulangnya?. Perjalanan dari sini hampir 2 jam kan ke cengkareng?.” 

“gak apa-apa mbak. Inshaallah Dita kuat kok.” Menatap Aira berharap kepercayaanya dengan sahabatnya ini.

“ya udah kali ini it’s ok. Besok-besok gak lagi ya dita.” Aira menarik tangan dita berdiri dari peraduannya.

“siap mbak”. Sambil tersenyum menggemgam erat menyambut tangan senior kampusnya itu.
“Mbak aira, ini udah adzan kan?” tanya Ali

“iya, ini udah masuk adzan. Jam sudah menunjukkan 12.15. “ jawab Aira

“Yak, yun kita ke masjid dulu  aja yuk. Habis sholat kita mampir ke nasi jamur crispy  depan gmana?” jawab Aira sambil menuju kendaraanya di parkiran  Gedung Birokrasi.

“oke kami semua ke masjid dulu ya. Nanti mas arkan ngajakin rapat tim inti acara pelatihan bulan depan. Pkl.14.30 di pendopo utama mbak. Bisa kan ?” Ali  berjalan menuju trotoar jalan sambil melambaikan tangan.

“boleh. . .boleh Aira.” kompak yuyun dan yaya.

“jangan lupa tolong Ali yang kabarin lainnya ya.” teriak Aira kepada Ali yang melaju telah jauh, kemudian dia memakai helm kesayanganya yang berwarna biru.

“Ali mengacungkan jempolnya dari atas motor yang melaju kencang”.

Dimana kala itu semua di sibukkan dengan kegiatan masing-masing, tapi mendahulukan panggilan Allah SWT dari pada yang lain adalah sebuah keharusan.

***


Oleh: Fatimah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar